Minggu, 07 September 2014

Kekeliruan Memahami Adat Pernikahan Suku Nias

Tanpa bermaksud membedakan Suku, Ras maupun Agama...
Postingan ini saya tuliskan setelah sekian banyak dari teman-teman (non-suku nias) yang bertanya kepada saya, mengenai adat istiadat pernikahan suku Nias. Beberapa isu menyatakan bahwasanya pengantin wanita (mempelai wanita) pertama kalinya akan disetubuhi calon mertuanya.

Awal ketika saya mendengar pertanyaan ini, terus terang saya terkejut. Bagaimana mungkin pernyataan ini bisa diaminkan dan mengapa isu yang sedemikian rupa bisa terlontarkan.
Secara akal sehat saya menangkap dan menganggapnya bahwa pernyataan ini muncul akibat kekurang pemahaman teman-teman mengenai adat istiadat budaya nias. Karena memang, adat istiadat nias belum sepenuhnya dikenal dan diketahui oleh masyarakat luas (Indonesia).

Sejauh pengetahuan saya (sebagai suku Nias), isu di atas tidaklah benar adanya. Adat-istiadat di pulau nias masih amat kental dan dijunjung tinggi. Salah satunya dibuktikan dengan tingginya mahar/jujuran pernikahan di suku nias (hal ini mengartikan bahwa wanita dianggap memiliki nilai yang amatlah tinggi, dan bahwa pernikahan merupakan hal yang sifatnya sakral, dibangun dari sebuah ikatan yang tidak mengenal istilah perceraian). Bahkan untuk menyosong pernikahan atau untuk menjadi suami-istri yang sah, sebelumnya kedua mempelai harus melewati beberapa tahapan. Tahapan ini pada umumnya dimulai dari : Famatua (Tunangan), Fangoro (Kunjungan Kerumah Mertua), Fanema Bola (Penentuan Jujuran), Famekola (Pembayaran Uang Mahar), Fame'e (Nasehat Untuk Calon Mempelai), Sakramen Pernikahan (Khusus Kristiani), hingga pada Pesta Pernikahan (Falowa).

Nah, ini tentu menjadi dasar kuat yang menunjukkan bahwa masyarakat Nias juga masih mengenal aturan dan norma yang dijunjung tinggi. Belum lagi jika kita berdiskusi mengenai pemahaman dari segi kepercayaan (agama). Dimana pulau Nias sendiri sudah mengenal Agama seperti agama Kristen (tahun 1832 melalui Missions Etrangers de Paris; tahun 1865 lewat misi E. Ludwig Denninger dari Rheinische Missionsgesellschaft (RMG)); Agama Islam (Melalui kedatangan Orang-orang Aceh dan Minang).

20 komentar:

  1. saya sependapat dengan saudara Welianus Zega, memang hal serupa saya dengar dari teman-tman kita berdarah Batak, baik dari marga Saragih, Gorat dan Pasaribu, hal serupa mereka tanyakan kepada saya sekitar tahun 2012 yang lalu. terus terang pertanyaan sekaligus pernyataan mereka saya bantah dan dengan penjelasan dari saya mereka baru mengerti serta memahami bahwa isu tersebut adalah tidak benar dan bersifat mencemarkan nama baik Adat Istiadat Masyarakat Suku Nias.

    BalasHapus
  2. Halo, ga sengaja saya menemukan blog anda sewaktu mencari berita di bawah ini. Menarik memang pembahasan adat istiadat di masa modern ini..

    http://www.goriau.com/nusantara/astaga-tolak-layani-nafsu-bejat-mertua-wanita-muda-di-tapanuli-selatan-diikatkan-ke-pohon-kelapa-tanpa-busana-ini-fotonya.html

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih.. berita yang anda share ini menarik,... saya kira ini dapat menjadi bahan pelajaran untuk kita bersama.
      tapi satu hal yang mesti anda ketahui, tak jarang banyak berita miring di media massa yang dilebih-lebihkan demi untuk menarik perhatian pembacanya.. maka dengan itu agak sulit memang membedakan mana jantan dan betina, mana fakta maupun opini.
      :)

      Hapus
  3. Maaf itu bukan berita miring ini benar terjadi, ini alasan saat introgasi lanjutan karena adat mereka pendatang dan asli dari nias , saya juga kaget karena saya pendatang dari jawa apa mungkin ini terjadi pada korban korban lainnya dinias yang menutup diri tadi tentang adat..., atau memang itu hanya sebuah isu atau menjatuhkan nama baik nias kami salah satu tim yang akan meneriliti itu dari kepolisian dapat pencerahan dari teman teman suku nias
    Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya bener bgt tuh bro.. aku sendiri udah pernah ke daerah kejadian itu, tepatnya pertengahan 2012, yaitu daerah Sangkunur TAPSEL, memang disana mayoritas suku nias pendatang dari pulau nias asli..
      juga hampir seluruh daerah nias sudah saya kunjungi sewaktu saya melakukan survey untuk suatu perusahaan riset luar negeri.. memang mereka sangat menutup diri dengan masyarakat laur, "kecuali wisatawan" meraka dapat menerima kehadiran wisatawan karena mereka anggap wisatawan itu banyak uang..
      jadi mungkin saja banyak fenomena terjadi dan mereka gak mau dan berani untuk mengungkapnya..
      kalo untuk daerah sumatera utara issu ini sudah menjadi rahasia umum, hampir semua sudah meng-amini nya dan dari beberapa data yang saya dapat dari lapangan (Suku Nias yang berada di luar pulau nias seperti MEDAN, Pematangsiantar, Sidempuan, DLL)
      jawaban mereka memang sangat mengejutkan, dan beberapa orang memilih untuk tidak kembali ke pulau nias..

      Hapus
    2. Pigi lah kalian ke nias sana?
      Biar kalian tau kebenarannya bagaiamana?
      Klo kalaian gk punya bukti atas omongan kalian
      Siap siap lah kaloan pulang tanpa kepala

      Hapus
  4. Saya sendiri pernah mendengar cerita bahwa malam pertama kita tidak bersama suami.. Sontak saya kaget. Benarkah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kepada kwn2 yang meneliti atauu yg mendengar,perlu anda ketahui bahwa ini semua tdk benar..mana lebih tau kami asli org nias atau cuman pendengar setia? Mungkin anda melakukan riset dgn orang yang salah....kalau mau meneliti dtang kenias,disana sudah ada museum pusaka nias dan disitu semua sdh ada tentang orang nias...dan mgkn kalian bisa ketemu dgn org pentaua adat dinias...kalau melakukan penelitian jgn setenga setengah nanti jadi gila karena gak ad kepastian ap yg anda teliti... Dinias sudah ada agama 131yg lalu,dan mgkn klo anda berpikir sehat apa agama mengizinkan akan hal yg kalian mksd..agama apapun itu...

      Hapus
  5. Berpikir secara logika jgn berpikir pake dengkul,,,,klo mau cari isu/berita turun lokasi hanya isu jadi lu anggap benar lu sebarin dimedsos jangan2 isu itu lu dengar sama ibu2 yg jual ikan di pasar anyar

    BalasHapus
  6. saya sudah hadir di pernikahan adik ipar saya di nias dan semua berdasarkan adat istiadat yg kental tdk menyimpang seperti itu.

    BalasHapus
  7. saya sudah hadir di pernikahan adik ipar saya di nias dan semua berdasarkan adat istiadat yg kental tdk menyimpang seperti itu.

    BalasHapus
  8. gila benar stereotipe ini. moyoritas penduduk nias itu kristen dan kita sudah bayar mahal mahal mahar istri kita masa kita berikan perawannya sama orang lain. gak masuk akal, sedangkan suku yang menamini itu saya lihat kebayakan kumpul kebo dan hamil di luar nikah. padahal mereka lebih parah . Damn !

    BalasHapus
  9. gila benar stereotipe ini. moyoritas penduduk nias itu kristen dan kita sudah bayar mahal mahal mahar istri kita masa kita berikan perawannya sama orang lain. gak masuk akal, sedangkan suku yang menamini itu saya lihat kebayakan kumpul kebo dan hamil di luar nikah. padahal mereka lebih parah . Damn !

    BalasHapus
  10. Perlu kita pertegas... Bahwa Di Pulau Nias Tidak ada adat yg mengharruskan bahwa Pengantin wanita harus tidur dengan Mertua pria dimalam pertama. Sama sekali tidak ada. Sebagai Bukti nyat...
    1. Banyak Perempuan suku Batak, Karo, jawa, China, sunda dan lainnya bersuamikan orang Nias. Tp tidak ada yang mengalami hal Tersebut.
    2. Masyarakat Nias Adalah Manusia Beragama. Apapun agamanya.
    3. Ibu Saya dan Istri saya bukan orang Nias... Tidak mengalami Hal yersebut.
    Itu adalah bukti nyata.
    Tp kalau anda yang berani menyatakan hal tersebut diatas bertujuan lain silahkan. Saya atau Suku kami tidak tahu apa alasan terciptanya steitment seperti itu.
    Mohon maaf sebelumnya. Kalu kita instropeksi diri... di Indonesia ini siapa suku yang paling banyak melakukan kejahatan...
    Tukang copet, pembunuh, Maling , koruptor dan sebagainya... Jawab dalam diri sendiri.
    Mari Kita jangan saling Menjatuhkan.... Tp... ayo saling membangun... Pahalanya Pasti kita terima.

    Yaahowu

    BalasHapus
  11. Klo iri dgn Suku nias blg jha jgn hy asbu di Medsos briii entah gmn lu td dr ibumu anah haram lu... skrg hina suku nias .... tanpa dalil yg akurat....

    ini perlu di Laporkan ke Bareskrim...

    BalasHapus
  12. mungkun itu jamn dahulu kala...... coba tanyakn sama nenek tau kakek kalian..?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan membolak balik sejarah serta adat istiadat suku nias bung, Hidup di dunia hanya sementara bukan selamanya, Apa yang kamu dengar jangan 100% kamu anggap benar, Sebab kami suku nias kalau dengar isu suku lain baru percaya jika
      i`ila hörö ba i`babaya tanga (Dilihat oleh mata kepala sendiri dan diraba oleh tangan). Agar tidak mudah di adu domba oleh para pemecah belah. Makanya orang nias kompak-kompak dari dulu hingga sekarang, karna tidak mudah dipengaruhi oleh isu isu yang tidak berlatar belakang kebenaran. Terimakasih

      Hapus
  13. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus