Minggu, 18 Januari 2015

Malu dengar lagu lawas?

Banyak anak muda jaman sekarang merasa malu (gengsi) jika mendengar lagu jadul/lawas, katanya:"kurang up to date, ngakk macho, ngakk metal dsb................". 
yah... boleh-boleh saja kita berkata demikian. Tapi sebelum itu, mari kita cermati dahulu tulisan dibawah ini. 

Bercerita tentang lagu, tentunya erat kaitannya dengan makna dan kenangan dari lagu yang di dengar atau dinyanyikan itu..
banyak orang menyukai sebuah lagu karena kualitas lagunya,suara penyanyinya, syair/liriknya yang bagus ataupun lagu tersebut memiliki kenangan tersendiri bagi orang yang bersangkutan.. 

nah... bila kita banding-banding lagu-lagu jaman dahulu (jadul), era tahun 2000-an kebawah dengan lagu-lagu sekarang, tentu amat jauh berbeda.. di jaman sekarang, saya bisa bilang sulit untuk menemukan sebuah lagu yang memiliki khas dan kualitas yang memang luar biasa (ada tapi hanya sedikit sekali), seperti kita tahu  lagu-lagu yang ada hanya dapat bertahan exist 1-2 bulan .. contohnya saja lagu karya Cita-citata "sakitnya tuh disini", Wulan Jamilah, Smash Boyband hingga ke Mbah Surip.. 
dibanding dengan lagu jaman dulu (jadul/lawas), saya ambil contoh lagu ciptaan Ebiet G. Ade "Untuk kita renungkan dan Masih ada waktu", Pance Pondaan, dbs. Tentu jika dengan kualitas syair yang ada pastilah berbeda dengan lagu jaman sekarang, lagu-lagu ini selalu dipenuhi dengan makna, kita diberikan pesan dan didikan,  kita diajak untuk merenung cara hidup dan banyak makna lainnya. syairnyapun tidak asal-asalan, sehingga lagu-lagunya sampai sekarang masih tetap exist. Sekalipun pada masa itu alat musik yang masih sederhana dan tidak semodern yang sekarang.

Nah... apakah kita masih malu mendengar lagu lawas itu?